Newest Post

| Selasa, 30 April 2013
Baca selengkapnya »

 Transformator (TRAFO) 3 Fasa

Pada artikel Transformator di sini, telah dibahas mengenai klasifikasi transformator dan bagian-bagian transformator, dan kemudian diikuti dengan artikel selanjutnya tentang bagian-bagian transformator dan peralatan proteksinya di sini. Rangkaian artikel mengenai transformator dilengkapi pula dengan artikel mengenai perawatan dan pemantauan kondisi transformator saat bekerja di sini.
Sedangkan artikel kali ini akan dibahas secara umum, HANYA mengenai hubungan-hubungan belitan pada transformator 3 fasa. Dan jika anda ingin mengetahui tentang ilmu - ilmu yang lain di bidang elektro dan elektronika anda dapat mengakses di http://edukasielektro.blogspot.com/
Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase yang disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan primer yaitu hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada belitan sekundernya dapat dihubungkan secara segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Wye dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam bentuk khusus yaitu hubungan open-delta (VV connection)

1. Konstruksi dan Prinsip Kerja transformator tiga fasa

 Sebuah transformator 3 fasa dapat diperoleh dari 3 buah transformator satu fasa atau unit 3 fasa. Jika suplai 3 fasa yang digunakan adalah V1,V2, dan V3 dan masing-masing menghasilkan fluks (φ1,φ2, dan φ3) yang masing-masing fluks beda fasa 120º, maka berdasarkan hukum faraday pada lilitan primer dan lilitan sekunder masing-masing akan menghasilkan ggl induksi dan masing-masing fasa juga berjarak 120º.

Konfigurasi Hubungan Belitan Transformator 3 fasa

Konfigurasi Transformator 3 Fasa
Transformator hubungan segitiga-segitiga (delta-delta)

Gambar 1. Hubungan delta-delta (segitiga-segitiga).

Pada gambar 1 baik belitan primer dan sekunder dihubungkan secara delta. Belitan primer terminal 1U, 1V dan 1W dihubungkan dengan suplai tegangan 3 fasa. Sedangkan belitan sekunder terminal 2U, 2V dan 2W disambungkan dengan sisi beban. Pada hubungan Delta (segitiga) tidak ada titik netral, yang diperoleh ketiganya merupakan tegangan line ke line, yaitu L1, L2 dan L3.
Dalam hubungan delta-delta (lihat gambar 1), tegangan pada sisi primer (sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi keluaran) adalah dalam satu fasa. Dan pada aplikasinya (lihat gambar 2), jika beban imbang dihubungkan ke saluran 1-2-3, maka hasil arus keluaran adalah sama besarnya. Hal ini menghasilkan arus line imbang dalam saluran masukan A-B-C. Seperti dalam beberapa hubungan delta, bahwa arus line adalah 1,73 kali lebih besar dari masing-masing arus Ip (arus primer) dan Is (arus sekunder) yang mengalir dalam lilitan primer dan sekunder. Power rating untuk transformator 3 fasa adalah 3 kali rating transformator tunggal.



Gambar 2. Diagram Hubungan Delta-Delta Transformator 3 Fasa Dihubungkan Pembangkit Listrik dan Beban (Load) 

Transformator hubungan bintang-bintang (wye–wye)


Gambar 3. Hubungan Belitan Bintang-bintang.


Ketika transformator dihubungkan secara bintang-bintang, yang perlu diperhatikan adalah mencegah penyimpangan dari tegangan line ke netral (fase ke netral). Cara untuk mencegah menyimpangan adalah menghubungkan netral untuk primer ke netral sumber yang biasanya dengan cara ditanahkan (ground), seperti ditunjukkan pada

Gambar 4. Cara lain adalah dengan menyediakan setiap transformator dengan lilitan ke tiga, yang disebut lilitan ” tertiary”. Lilitan tertiary untuk tiga transformator dihubungkan secara delta seperti ditunjukkan pada Gambar 5, yang sering menyediakan cabang yang melalui tegangan dimana transformator dipasang. Tidak ada beda fasa antara tegangan line transmisi masukan dan keluaran (primer & sekunder) untuk transformator yang dihubungkan bintang-bintang.


Gambar 4. Hubungan bintang-bintang.






Gambar 5. Hubungan Bintang-bintang dengan belitan tertier.


Transformator hubungan segitiga-bintang (delta-wye)

Pada hubungan segitiga-bintang (delta-wye), tegangan yang melalui setiap lilitan primer adalah sama dengan tegangan line masukan. Tegangan saluran keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan sekunder yang melalui setiap transformator. Arus line pada phasa A, B dan C adalah 1,73 kali arus pada lilitan sekunder. Arus line pada fasa 1, 2 dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan sekunder.



Gambar 6. Hubungan Segitiga-Bintang (Delta-wye)

Hubungan delta-bintang menghasilkan beda fasa 30° antara tegangan saluran masukan dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan line keluaran E12 adalah 30° mendahului tegangan line masukan EAB, seperti dapat dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran memasuki kelompok beban terisolasi, beda fasanya tidak masalah. Tetapi jika saluran dihubungkan paralel dengan saluran masukan dengan sumber lain, beda phasa 30° mungkin akan membuat hubungan paralel tidak memungkinkan, sekalipun jika saluran tegangannya sebaliknya identik.

Keuntungan penting dari hubungan bintang adalah bahwa akan menghasilkan banyak isolasi/penyekatan yang dihasilkan di dalam transformator. Lilitan HV (high Voltage/tegangan tinggi) telah diisolasi/dipisahkan hanya 1/1,73 atau 58% dari tegangan saluran


Gambar 8. Skema Diagram Hubungan Delta-Bintang dan Diagram Phasor

Transformator hubungan segitiga terbuka (open-delta)
Hubungan open-delta ini untuk merubah tegangan sistem 3 fasa dengan menggunakan hanya 2 transformator yang dihubungkan secara open–delta. Rangkaian open–delta adalah identik dengan rangkaian delta–delta, kecuali bahwa satu transformer tidak ada. Bagaimanapun, hubungan open-delta jarang digunakan sebab hanya mampu dibebani sebesar 86.6% (0,577 x 3 x rating trafo) dari kapasitas transformator yang terpasang.


Gambar 7. Hubungan Open Delta.

Sebagai contoh, jika 2 transformator 50 kVA dihubungkan secara open–delta, kapasitas transformator bank yang terpasang adalah jelas 2x50 = 100kVA. karen terhubung open-delta, maka transformator hanya dapat dibebani 86.6 kVA sebelum transformator mulai menjadi overheat (panas berlebih). Hubungan open–delta utamanya digunakan dalam situasi darurat. Maka, jika 3 transformator dihubungkan secara delta–delta dan salah satunya rusak dan harus diperbaiki/dipindahkan, maka hal ini memungkinkan

Transformator hubungan Zig-zag

Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu belitan primer memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam belitan dan biasa digunakan untuk beban yang tidak seimbang (asimetris) - artinya beban antar fasa tidak sama, ada yang lebih besar atau lebih kecil-
Gambar 9. Hubungan Bintang-zigzag (Yzn5) 

Gambar 9 menunjukkan belitan primer 20 KV terhubung dalam bintang L1, L2 dan L3 tanpa netral N dan belitan sekunder 400 V merupakan hubungan Zig-zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling menyilang satu dengan lainnya. Saat beban terhubung dgn phasa U dan N arus sekunder I2 mengalir melalui belitan phasa phasa U dan phasa S. Bentuk vektor tegangan Zig-zag garis tegangan bukan garis lurus,tetapi bergeser dengan sudut 60°.

2. Sambungan transformator 3 fasa

Terdapat bermacam-macam kombinasi sambungan di dalam transformator 3 fasa. Kombinasi sambungan transformator tersebut dapat digunakan untuk memindahkan daya dari daya 3 fasa ke daya 3 fasa, dari tiga fasa ke enam fasa, dan sebagainya.

Terdapat kombinasi sambungan transformator 3 fasa yaitu seperti tabel berikut:

Primer
Sekunder
Penulisan
Bintang
Bintang
Yy
Bintang
Segitiga
Yd
Bintang
Zig-zag
Yz
Segitiga
Bintang
Dy
Segitiga
Segitiga
Dd
Segitiga
Zig-zag
Dz


Dari bermacam-macam variasi kombinasi sambungan seperti tersebut diatas, yang lazim digunakan sesuai dengan normalisasi pabrik (VDE 0532) adalah:

Primer : sambungan bintang (Y) dan segitiga (∆)
Sekunder : sambungan bintang (Y) dan segitiga (∆) dan liku-liku (Z)


                              


Tinjauan masing-masing sambungan baik pada sisi primer maupun sisi sekunder adalah sebagai berikut:

a. Sambungan Bintang (Y)

Pada sambungan ini diperoleh persamaan:
Vfasa(Vf)=Vline /
Ifasa (If)= I line (IL)
Daya=VL*IL* cosϕ
Daya=3*Vf*If*cosϕ

b. Sambungan Segitiga (∆)
Pada sambungan ini diperoleh persamaan:
Vfasa(Vf)= Vline(VL)
Arus fasa (If)= I line(IL)*
Daya=VL*IL* *cosϕ
Daya=3*Vf*If*cosϕ

c. Sambungan Liku-Liku
Sebuah transformator 3 fasa dapat disambung liku-liku (zig-zag) jika pada lilitan sekunder tiap fasa minimal mempunyai 2 buah kumparan. Pada sambungan ini diperoleh persamaan:
Vfasa(Z)=0,866 V fasa (Y)
Arus fasa (If)= I line (IL)
Daya= VL*IL* *cosϕ

d. Kelompok sambungan transformator 3 fasa

Vektor tegangan pada sisi primer dan sekunder suatu transformator dapat dibuat searah, yaitu dengan mengubah arah lilitannya. Pada transformator 3 fasa, arah tegangan masing-masing sisi akan menimbulkan beda fasa. Arah dan besar perbedaan fasa tersebut mengakibatkan adanya bemacam-macam kelompok sambungan.
Untuk menentukan jenis kelompok sambungan transformator 3 fasa khususnya menggunakan sisitem jam, diambil sisi primer dianggap sebagai sisi tegangan tinggi, dan sisi sekunder dianggap sebagai sisi tegangan rendah. Vektor tegangan pada sisi primer dipakai sebagai jarum panjang jam, sedangkan vektor tegangan tegangan pada sisi sekunder sebagai jarum pendek jam. Jika jarum panjang dan jarum pendek jam tersebut disatukan, maka pada vektor tegangan pada fasa tegangan yang sama akan nampak perbedaan fasa antara vektor tegangan primer dan vektor tegangan sekunder.

Berikut contoh kelompok sambungan transformator 3 fasa:

a. Transformator 3 fasa kelompok 0º atau kelompok 0
b. Transformator 3 fasa kelompok 180º atau kelompok 6
c. Transformator 3 fasa kelompok -30º atau kelompok 1
d. Transformator 3 fasa kelompok +30º atau kelompok 11

Bentuk nyata Transformator 3 fasa yaitu :






Demikian sedikit ulasan mengenai konfigurasi hubungan belitan transformator 3 fasa, Semoga bermanfaat.
Posted by : Ririsa
Date :Selasa, 30 April 2013
With 2komentar
Tag :

RANGKAIAN DIMMER LAMPU PIJAR

|
Baca selengkapnya »

DIMMER

Rangkaian dimmer lampu pijar ini berfungsi untuk mengatur tingkat intensitas cahaya penerangan lampu pijar. Rangkaian dimmer ini cukup sederhana dan menggunakan komponen utama berupa TRIAC dan DIAC, daya output rangkaian dimmer ini dapat digunalan untuk mengendalikan intensitas cahaya lampu pijar dengan daya 5 Watt.

Rangkaian dimmer lampu pijar pada gambar diatas dapat digunakan untuk jaringan listrik PLN 220VAC. Untuk mengatur terang rdupnya intensitas pancaran cahaya lampu pijar dapat dilakukan dengan mengatur tuas potensiometer P1 100 KOhm pada rangkaian dimmer lampu pijar diatas. Pada prinsipnya rangakaian dimmer ini mengatur tegangan yang diberikan untuk menyalakan lampu pijar menggunakan TRIAC sebagai komponen utama. Semakin besar tegangan gate TRIAC maka semakin kuat intensitas cahaya yang dihasilkan. Pengaturan tegangan bias TRIAC dikendalikan oleh potensiometer P1 100 KOHm kemudian diberikan ke DIAC Di1 tipe DB3 untuk memberikan tegangan bias pada pin gate TRIAC Tri 1. Rangkaiandimmer lampu pijar diatas cukup sederhan dan dapat dibuat pada PCB yang kecil ataupun dirakit secara langsung tanpa PCB. TRIAC Tri 1 perlu dilengkapi dengan pendingin (heat sink) untuk menyerap panas yang dihasilkan pada saat rangkaain dimmer lampu PIJAR ini bekerja.


Nah berikut ini merupakan rangkaian dari Dimmer :





Komponen yang diperlukan untuk merangkai Dimmer Lampu yaitu :


1.1 Triac BT136




TRIAC atau Triode for Alternating Current (Trioda untuk arus bolak-balik) adalah sebuah komponen elektronik yang kira-kira ekivalen dengan dua SCR yang disambungkan antiparalel dan kaki gerbangnya disambungkan bersama. Nama lain TRIAC adalah Bidirectional Triode Thyristor. Ini menunjukkan saklar dua arah yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah ketika dipicu (dihidupkan). Ini dapat dipicu baik dengan tegangan positif atau pun negatif pada elektrode gerbang. Sekali dipicu, komponen ini akan terus menghantarkan sampai arus yang mengalir lebih rendah dari arus genggamnya, misal pada akhir paruh siklus dari arus bolak-balik. Hal tersebut membuat TRIAC sangat cocok untuk mengendalikan tegangan AC, memungkinkan pengendalian arus yang sangat tinggi dengan arus kendali yang sangat rendah.


1.2 OPTOCOPLER



Optocoupler dibentuk dari penggabungan sebuah sumber cahaya dengan fototransistor. Dioda cahaya sebagai sumber cahaya dipasang langsung dengan sumber tegangan. Keluaran dari sumber cahaya akan berbanding lurus dengan tegangan masukan pada dioda cahaya. Optocoupler atau optoisolator merupakan paket elektronik murni, jalur cahaya didalamnya yakni infra merah tertutup dalam sebuah paket. Ini menyebabkan transfer energi listrik dalam satu arah, dari infra merah ke fotodetektor, sambil mempertahankan isolasi listrik. Fungsi optocoupler pada umumnya selain sebagai sensor (dengan kemasan tertentu) digunakan pula pada rangkaian listrik sebagai isolasi dari rangkaian kendali dan rangkaian tegangan tinggi (daya).


1.3 RESISTOR

Resitor adalah komponen elektronik dua kutub yang befungsi untuk menahan arus listrik, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding terbalik dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm. Resistor merupakan komponen pasif.


1.4 KAPASITOR

Kapasitor juga disebut sebagai kondensator adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad dari nama Michael Faraday. Kondensator juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Kondensator bipolar mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung. Sedangkan jenis yang satunya lagi disebut nonpolar tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju.


1.5 KIPROK

Kiprok dalam rangkaian ini berfungsi menggantikan dioda bridge yaitu untuk regulator tegangan agar tetap stabil 12 Volt. Kiprok ang digunakan mempunyai kekuatan 2 Ampere karena trafo yang digunakan berkekuatan 1 ampere sehingga agar rangkaian aman, penyusun menggunakan kiprok yang berkekuatan 2 ampere. Untuk membuat penyearah pada power supply, di pasaran banyak terjual dioda bridge. Dioda ini adalah dioda silicon yang dirangkai menjadi suatu bridge dan dikemas menjadi satu kesatuan komponen. Di pasaran terjual berbagai bentuk dioda bridge dengan berbagai macam kapasitasnya. Ukuran dioda bridge yang utama adalah voltage dan ampere maksimumnya.




1.6 IC TIMER 555

Apabila supply diberikan, Vcc=0 Volt. Kaki 2 memberi trigger dari tegangan yang tinggi (Vcc) menuju 1/3 Vcc(<1/3 Vcc), kaki 3(output) akan high dan pada saat tersebut kaki 7 mempunyai nilai hambatan yang besar terhadap Ground atau kaki 7 akan High Impedance. C1 diisi melalui Vcc à R1 à R2 à C1, Setelah 0,7 (R1+R2) C1 detik, maka tegangan C1=2/3 Vcc. Sehingga kaki 3(ouput) akan Low, pada saat tersebut, kaki 7 akan mempunyai nilai hambatan yang rendah sekali terhadap Ground atau pin 7 akan Low Impedance. C1 membuang muatan, setelah 0,7(R2) C1 detik, maka Teg C1=1/3 Vcc. Trigger terjadi lagi sehingga output akan High. Pin 7 akan high Impedance dan C1 diisi kembali.



Cara Kerja Dimmer

1. Tegangan ac masuk ke travo. Output travo sebesar 220V.

2. Tegangan masuk ke dioda bridge. Dioda bridge dengan kapasitor 1000µF 16V. Menggunakan C 1000µF karena semakin besar nilai faradnya maka gelombang DC semakin halus. Untuk ukuran tegangan kapasitor yang dipakai, memakai 16V karena tegangan output dari trafo sebesar 12V, jadi nilai tegangan kapasitor harus lebih besar dari tegangan output untuk mengantisipasi Rangkaian ini juga untuk menyuplai rangkaian counter pembangkit pulsa dengan IC 555 + MOC . agar tegangan DC yang keluar tetap konstan

3. Dioda Bridge tanpa C (langsung ke rangkaian) atau langsung ke LM339. LM339 sebagai pembanding dan bekerja sebagai pengaman tegangan sinus

4. Keluaran output kaki 3 pada IC 555 mengandung pulsa terlalu tinggi dan dikecilkan dengan resistor 1K    agar keluaran pulsa menjadi rendah. Lalu dikuatkan dengan transistor TIP41C dan dimasukkan ke kaki emitor.





RANGKAIAN DIMMER LAMPU PIJAR

Posted by : Ririsa
Date :
With 8komentar

SISTEM PENGONTROL

|
Baca selengkapnya »

SISTEM PENGONTROL

Sistem kontrol adalah suatu alat (kumpulan komponen) untuk mengendalikan, memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Sebuah sistem dapat diartikan suatu kumpulan komponen-komponen yang terhubung bersama dengan tujuan untuk mendapatkan suatu informasi atau data. Tujuan dari menggunakan sistem kontrol adalah untuk mendapatkan output atau hasil produksi yang sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Sistem kontrol berdasarkan aliran sinyal control dibagi atas dua:

1. Sistem kontrol secara manual (Open Loop Controls)

Sistem kontrol secara manual, proses pengaturannya dilakukan secara manual oleh operator dengan mengamati keluaran secara visual, kemudian dilakukan koreksi variabel-variabel kontrolnya untuk mempertahankan hasil keluarannya. Sistem kontrol itu sendiri bekerjanya secara open loop, artinya sistem kontrol tidak dapat melakukan koreksi variabel untuk mempertahankan hasil keluarannya. Perubahan ini dilakukan secara manual oleh operator setelah mengamati hasil keluarannya melalui alat ukur atau indikator. 

2. Sistem Kontrol otomatis (Closed Loop Controls) 

Sistem kontrol otomatis dapat melakukan koreksi variabel-variabel kontrolnya secara otomatis, dikarenakan ada untai tertutup (closed loop) sebagai umpan balik (feedback) dari hasil keluaran menuju ke masukan setelah dikurangkan dengan nilai setpointnya. Pengaturan secara untai tertutup ini (closed loop controls), tidak memerlukan operator untuk melakukan koreksi variabel-variabel kontrolnya karena dilakukan secara otomatis dalam sistem kontrol dalam sistem kontrol itu sendiri. Dengan demikian keluaran akan selalu dipertahankan berada pada kondisi stabil sesuai dengan setpoint yang ditentukan.

Kebutuhan dalam Sistem Kontrol Otomatis

Terdapat tiga alasan utama, mengapa plant proses atau bangunan memerlukan kontrol secara otomatis:
Keamanan (Safety). Pada kondisi kompleksitas yang tinggi atau plant/proses yang berbahaya, pada akhirnya dibutuhkan kontrol otomatis dan protokol untuk menjaga keamanan.
Stabilitas (Stability). Plant atau proses harus bekerja secara mantap (steadily), dapat diprediksi (predictably) dan keterulangan (repeatably), tanpa fluktuasi atau kegagalan yang tidak terencana.
Ketelitian (Accuracy). Hal ini utamanya diperlukan dalam industri dan ini adalah suatu kebutuhan utama dalam pabrik-pabrik dan bangunan untuk mencegah produksi cacat, untuk menaikkan mutu dan tingkat produksi, dan memelihara kenyamanan. Ini adalah pokok dari efisiensi secara ekonomis.

Contoh sistem kendali:

Loop Tertutup
Jenisnya:
a) sistem kontrol berumpan balik (feedback control system)
b) sistem kontrol inferensial (inferential control system)
c) sistem kontrol berumpan- maju (feedforwardcontrol system)
Dalam sistem kontrol loop tertutup, output dari proses (variabel terkontrol) secara terus menerus dipantau oleh suatu sensor, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.3(a). Sensor mencuplik output sistem dan mengubah hasil pengukuran ini menjadi sinyal elektrik yang dikirimkannya balik kepada pengontrol. Karena pengontrol mengetahui apa yangsesungguhnya dilakukan sistem, ia dapat membuat penyesuaian apa pun yang dibutuhkanuntuk mempertahankan output pada nilai yang semestinya. Sinyal dari pengontrol kepadaaktuator adalah jalur maju[forward path], dan sinyal dari sensor kepada pengontroladalah umpan-balik (yang "menutup" kalang sistem kontrol).



Gambar 1.2 Sistem kontrol kalang-terbuka.




Gambar 1.3 Sistem control loop tertutup



Pada gambar 1.3 (a), sinyal umpan-balik dikurangkan dari rujukan pada pembanding (cpmparator) bagian depan dari pengontrol. Dengan mengurangkan posisi yang sesungguhnya (seperti yang ditunjukkan pada sensor) dari posisi yang diinginkan (seperti yang didefinisikan rujukan), kita memperoleh ralat sistem. Sinyal ralat melambangkan selisih di antara tempat anda sekarang dan tempat yang anda inginkan . pengontrol senantiasa bekerja untuk memperkecil sinyal ralat ini. Ralat yang bernilai nol berarti output sistem sudah tepat seperti yang dinyatakan oleh rujukan.

Dengan menggunakan strategi control, yang bias jadi sederhana atau rumit, pengontrol berupaya memperkecil ralat. Strategi control yang sederhana akan memugkinkan pengontrol menyalakan atau memadamkan actuator, contohnya thermostat yang menyalakan atau memadamkan tungku demi mempertahankan suhu tertentu. Strategi control yang lebih rumit akan memungkinkan pengontrol menyesuaikan gaya actuator demi memenuhi tuntutan beban (load) seperti yang diuraikan dalam contoh 1.2.

Contoh 1.2

Sebagai contoh dari sistem control loop-tertutup, tinjaulah kembali lengan robot yang berawal pada 0 ° {lihat Gambar 1.3 (b)}. Kali ini suatu potensiometer telah disambungkan langsung dengan batang (shaft) motor. Sewaktu batang tersebut berputar, resistansi potensio berubah. Resistansi diubah menjadi tegangan dan lalu diumpan balikkan kepada pengontrol.


Untuk memerintahkan lengan tersebut menujusudut 30°, tegangan rujukan yang setara dengan 30° dikirimkan pada pengontrol. Karena lengan sesungguhnya masih berada pada 0°, sinyal ralat langsung “melonjak” menjadi 30°. Segera pengontrol mulai menggerakkan motor dalam arah yang mengurangi alat tadi. Sewaktu lengan mendekati sudut 30°, pengontrol memperlambat putaran motor , ketika lengan pada akhirnya mencapai 30°, motor berhenti. Jika pada saat berikutnya, suatu gaya luar memindahkan lengan lepas dari marka 30°, sinyal ralat akan muncul kembali, dan motor akan menggerakkan lengan ke posisi 30°.


Fitur perbaikan diri dari control loop tertutup ini membuatnya lebih disukai darpipada control loop terbuka , meskipun dibutuhkan perangkat keras tambahan. Hal ini disebabkan sistem control loop tertutup memberikan kinerja yang andal dan dapat diulangi meskipun komponen-komponen sistem itu sendiri (pada jalur maju) tidak mutlak dapat berulang dan diketahui secara cermat.

SISTEM PENGONTROL

Posted by : Ririsa
Date :
With 1 komentar:
Next
▲Top▲